Header Ads

Tiga Isu yang Lenyap Seketika Usai Bom Kampung Melayu Meledak

Bom Kampung Melayu





Ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur memunculkan banyak spekulasi. Tapi satu hal, peristiwa Rabu (24/5) malam itu seketika menutup tiga isu besar.

Pertama, soal pengakuan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan terkait Partai Komunis Indonesia.

"Saya pengalaman, (saya pernah) lihat Bapak saya dibunuh PKI," katanya di hadapan ratusan kader Partai Golkar di Balikpapan, Ahad, 21 Mei 2017.

Karena itu, Luhut yang hadir dalam acara Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Kalimantan Timur itu, tak menerima ketika dirinya dituduh pro PKI.

"Saya ikut menumpas PKI tahun 65. Apa kepentingan saya pro-PKI? Ini kampungan menurut saya, kampungan," ujarnya.

Klaim sejarah ini sangat bertolak belakang dengan apa yang ditulis oleh Iwan R Simatupang di kompasiana yang di terbitkan pada tanggal 17 Juni 2015. Iwan R Simatupang adalah satu pengagum  menko Luhut.

Iwan menulis, bapaknya menteri luhut sampai tahun 1980 masih memegang jabatan sebagai Superintendent Land Transportation PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) di Riau.

Jika benar apa yang ditulisan Iwan, maka isu ini berpotensi besar menerjang Luhut dan kian membuat pemerintahan Jokowi bertambah "pusing".





Kedua, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendapat banyak pertanyaan dan kritikan pedas saat bertemu dengan Komisi III DPR, Selasa (23/5).

Anggota Komisi III DPR Aboe Bakar Al Habsy mempertanyakan sikap tidak adil Kapolri dan jajarannya dalam menangani aksi unjuk rasa  Aksi Bela Islam dengan demonstrasi pendukung Basuki T Purnama (Ahok).

Aboe mengaku mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat soal perbedaan penanganan unjuk rasa itu.

“Sampai ada yang bilang, Tito (beragama) Islam tidak sih? Ada pak pertanyaan seperti itu,” ujar Aboe.

Ketiga, penangkapan aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Rabu (24/5).

Tujuh orang mahasiswa diciduk polisi termasuk salah satunya Ketua Umum KAMMI. Sementara itu lima orang mahasiswa terluka. "Lima orang korban luka sedang divisum," kata Ketua Pengurus Wilayah KAMMI DKI Jakarta Najmu Fuadi.

Ketiga isu ini lenyap seketika seiring dengan ledakan bom di Kampung Melayu. Kebetulankah datangnya bom berdekatan waktunya dengan ketiga isu tersebut?

Kebetulan dalam politik adalah barang mewah. Begitu kata orang bijak.

Erwyn Kurniawan







Diberdayakan oleh Blogger.