Header Ads

Melalui Jamaah Sholat Ied yang Kepung Gereja, Allah Buktikan Kampung Melayu bukan Sarang ISIS dan Radikalisme







Tepat di Hari Raya Idul Fitri, Allah swt kembali menunjukkan kuasaNya bahwa Dia sebaik-baik pembuat makar. Itu dibuktikan dengan peristiwa membludaknya jamaah sholat ied di Jatinegara yang mengepung Gereja Koinonia pada Ahad, 25 Juni. Ingatkah kita jika fenomena ini genap berselang satu bulan dari ledakan bom di terminal Kampung Melayu?

Wilayah Jatinegara dan sekitarnya bukan hal asing bagi saya. Puluhan tahun lalu saya lahir di Kampung Melayu Besar, dekat masjid tertua di Jakarta bernama Al 'Atiq yang sempat disinggahi secara "diam-diam" oleh Djarot Syaiful Hidayat menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua lalu.

Menginjak sekolah menengah, saya duduk di bangku SMP 14 yang berada tepat di tepi jalan Pasar Mester, tak jauh dari Gereja Koinonia. Lulus dari sana, saya melanjutkan ke SMA 54 di Rawabunga yang berjarak kurang 1 km dari Terminal Kampung Melayu. Jadi, sudah tak terhitung berapa kali saya melewati terminal dan gereja dimaksud. Terlebih lagi selama 7 tahun saya berkantor di dekat Gereja Koinonia sehingga kian tak terhitung saya hilir mudik di wilayah Jatinegara.

Saya tahu persis, jarak antara Terminal Kampung Melayu dan Gereja Koinonia tak jauh. Sekitar 1 km an. Kita tinggal lurus saja ke arah Senen dari terminal. Setelah melewati RS Hermina, sekolah Santa Maria dan bagian belakang Pasar Jatinegara, kita akan tiba di Gereja Koinonia yang letaknya tepat di depan Lapangan Jenderal Urip Soemahardjo.

Rabu, 24 Mei lalu kita dikejutkan dengan bom yang meledak di Terminal Kampung Melayu. Publik terhenyak. Belum hilang keterkejutan kita, hanya selang sehari setelah kejadian, Polri berhasil mengungkap identitas pelaku pengeboman tersebut, termasuk jaringan mereka.

Dalam keterangan persnya di RS Polri Jakarta Timur,  Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, bomber berjumlah dua orang dan tewas di lokasi saat bom diledakkan. Kini jenazah keduanya masih berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati.

"Berdasarkan oleh TKP, dua pelaku sudah teridentifikasi melalui ciri fisik serta DNA yang dilakukan sore ini," kata Kapolri Tito.





Tito mengungkapkan, pelaku pertama positif dikenal sebagai Ichwan Nurul Salam dan pelaku kedua bernama Ahmad Sukri.

"Ichwan Nurul Salam positif setelah dilakukan pembanding putra biologisnya yang bernama Jibril. Sedangkan Ahmad Syukri dilakukan pembanding dengan ibu kandungnya bernama Eti Nurhasanah, hasilnya postif dia saudara Ahmad Sukri," ungkap Tito.

Kedua bomber ini, ujar Tito, positif tergabung dalam sel Mudiriyah Jamaah Anshar Daulah (JAD) Bandung Raya, yang berafiliasi dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di mana penghubungnya adalah Bahrun Naim.

"Ini kesekian kalinya network (jaringan) ISIS Bahrun Naim JAD (Jamaah Anshar Daulah) melakukan aksi. Terakhir mereka melakukan aksi di bom Thamrin," papar Tito.

Islam kembali menjadi sasaran tembak. Warga Kampung Melayu termasuk saya terheran-heran, tiba-tiba ISIS ada di sana. Kampung Melayu dan sekitarnya yang kuat basis Islamnya, dikesankan jadi sarang radikalisme dan intoleransi. Terlebih lagi sebelumnya ada peristiwa "provokasi" timses Djarot yang datang ke Masjid Al 'Atiq.

Namun Allah swt memiliki cara tersendiri untuk memutarbalikkan opini musuh-musuhnya. Dan itu dilakukan tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1438 H  saat ribuah umat Islam tumpah di jalanan sekitar Jatinegara, membentuk shaf sholat ied dan terlihat mengepung Gereja Koinonia.

Gereja tersebut aman. Tak ada yang rusak hingga jamaah bubar. Tiada pula bom yang meledak. Tidak ada aksi anarkisme sedikitpun. Bahkan tak ada aksi rasis seperti yang digambarkan dalam film pendek yang dirilis oleh Divisi Humas Mabes Polri.

Terminal Kampung Melayu dan Gereja Koinonia menjadi bukti bahwa Allah sebaik-baik pembuat makar. Sebelumnya, kita diajak oleh Allah swt untuk membaca kuasaNya melalui kematian para Ahoker yang menghina ulama dan Islam. Juga wafatnya seorang artis senior yang membantah tulisan seorang anak ingusan bahwa agama adalah warisan.

Masihkah kita tidak beriman?

Erwyn Kurniawan
Diberdayakan oleh Blogger.