Header Ads

Ahoker, Afi dan Republik Despacito







Despacito sontak melayang-layang di kepala saat percakapan di grup WhatsApp  menjurus panas. Tersebab seorang anggota dengan berani menunjukkan pembelaannya kepada Ahok. Padahal, dia hanya seorang diri.

Mentalnya begitu kuat. Tak mengenal rasa malu meski dikelilingi orang-orang yang kontra Ahok. Dia begitu ringan menulis kata-kata pembelaan terhadap Ahok.

"Kenapa sih kalian benci sama Ahok? Dia itu bersih ga korupsi. Kerjanya bagus," tulisnya.

"Lihat aja nanti Anies gimana kerjanya," sambungnya.

Ujungnya, ada anggota grup yang tersulut emosinya. Ahoker tersebut diberi peringatan keras, namun tak jua bergeming. Alih-alih berubah, dia justru makin menjadi-jadi. Dengan santainya dia memposting berita-berita soal Ahok dan Habib Rizieq dari metro tv dan sejenisnya.

Saya tahu persis Ahoker ini. Dia bukan tipe Ahoker ideologis atau pragmatis. Orang semacam dia adalah "floating mass" yang tidak memiliki imunitas terhadap berita dan informasi yang diproduksi media arus utama pendukung Ahok.

Tipologi orang semacam ini banyak. Bisa jadi jutaan jumlahnya. Mereka ini polos dan lugu. Mendukung mati-matian Ahok tapi tidak tahu persis jeroan jagoannya. Segala hal soal Ahok hanya bersandar dari media yang telah "dibeli" dan buzzer-buzzer tuyul di media sosial, tanpa ada filter sama sekali.

Kepada saya, Ahoker ini juga mengaku pernah ke Balaikota DKI. Juga diajak bakar lilin, namun tak ikut karena ada keperluan lain. Mereka bisa digerakkan karena keluguan, kepolosan dan ketidaktahuannya.





Hari ini, karakter Ahoker seperti itu bak cendawan di musim hujan. Menjamur dimana-mana. Menumbuhi setiap jengkal tanah di negeri tercinta.

Banyak di antara kita berteriak sesuatu tapi tak mengerti apa yang diteriakkan...

Banyak di antara kita yang memuja seseorang bagaikan sosok nabi, namun tidak mengetahui siapa dia sesungguhnya...

Banyak di antara kita yang begitu rela membela mati-matian junjungannya, tapi minim pengetahuan kita soal siapa di belakang layar dan ada agenda apa yang sedang dimainkan....

Bukankah itu yang terjadi saat ini?

Kita terpesona oleh figur Afi tanpa mengerti ada "sutradara" yang sedang memainkannya...

Kita terkagum-kagum oleh Ahok meski dia menista agama tanpa mengetahui the mans behind the gun...

Kita mendukung KPK walau lembaga anti rasuah tersebut sudah menjadi "alat" kekuasaan tanpa pernah paham bagaimana invisible hand bekerja memainkannya...

Kita menuduh Habib Rizieq melakukan chat mesum tanpa mengetahui duduk persoalan sebenarnya...

Dan kita kemudian menyanyikan lagu Despocitonya Luis Fonsi asal Puerto Rico, tanpa sama sekali mengetahui dan memahami makna liriknya...

Terkejutah kita dengan fenomena ini?

Tidak. Karena hampir tiga tahun terakhir ini, kita hidup di negeri yang bahkan pemimpinnya tidak mengetahui apa yang ditandatanganinya.

Selamat datang di Republik Despacito...

Erwyn Kurniawan
Pemimpin Redaksi Wajada






Diberdayakan oleh Blogger.