Header Ads

Dialog Ibu dan Anak tentang Rukun Iman







Bismillah. Tadi pagi selepas subuh. Tiba-tiba muncul nih energi hasil silaturahim ke rumah Trainer dan Praktisi Parenting Abah Ihsan Baihaqi Bukhari. Hasil kunjungan kemarin sudah berhasil kembali menyemangati saya,  khususnya jadi ibu. Iya, predikat ibu yang sibuk dengan rutinitas. Kadang mungkin pura-pura sibuk, alih bahasa dari gak ambil tanggung jawab sebenarnya. Alias malas.

Ketika kemarin kami datang, buku siroh nabawiyah warna biru itu yang akrab saya lihat berserakan di ruang tamu rumah beliau. Kemudian masih ada tulisan abah di dinding bertanda aktivitas 18-21. Heueheue. Lumayan tersindir. Udah lama juga nih kami gak mulai lagi. Efek libur. Keasyikan.

Jadilah tadi pagi, dipanggil 2 anak yang besar. Duduk sini, kita ngobrol. Sudah agak lama liburnya, kita gak ngobrol yang agak serius. Serius disini ada ilmu. Beserta penyampaian dan diskusi. Ngobrol  dua arah. Meyakinkan anak-anak sejauh mana lagi pemaknaan rukun iman. Bukan hapalan akan rukun iman. Saya bilang umi mau bahas soal iman kepada takdir baik dan buruk.

Sebelum sampai ke pembahasan itu, materi rukun iman itu apa, saya ulas lagi sedari awal. Dibahas sedikit iman kepada Allah, Malaikat hingga seterusnya. Sesekali mereka bertanya. Menanggapi bahkan saya tanya balik. Memastikan yang saya sampaikan tidak disalahpahami.

Kenapa buat saya dialog ini penting? Karena jujur. Diniatkan, saya gak ingin anak-anak tidak paham apa makna takdir baik dan buruk yang Allah berikan. Bahkan kakak sempat bertanya. Pernah ya mi, aku bingung dan merasa. Kenapa kan aku dah belajar, kok hasil ulangannya biasa saja. Buatnya gak bagus. Nah disinilah penting nya diskusi.





Penyampaian ulang sesuai dengan kadar pemahaman usia mereka. Bahkan soal takdir baik dan buruk, dianalogikan juga dengan contoh keseharian sejauh mana dulu ikhtiar, doa diawal sebelum kejadian. Kemudian penyikapan  jika kita merasa apa yang kita terima itu kemudian buruk. Padahal ketika Allah telah berkehendak, itulah yang terbaik buat manusia, hambanya. Bahkan kata Allah, selembar daun yang jatuh kebumi itu terjadi juga karena kehendak Allah. Bukan karena ketiadasengajaan.

Dialog iman begini harus dijadwalkan kalau perlu. Waktu terbaik semisal18-21, jika tidak bisa diwaktu tersebut, bisa selepas subuh, atau sore hari yang pas luangnya orangtua bisa ngobrol dengan anak-anak secara fokus.

Sebegitu penting kita perlu mengecek, karena ini berkaitan dengan ilmu aqidah. Jika ini tak pernah kita tanyakan,  kepada anak-anak maka tak heran jika anak-anak nanti yang akan tumbuh menjadi generasi galau tanpa bekal sehingga rentan pada kemaksiatan. Semoga Allah menjauhkan diri kita dan keturunan kita dari hal-hal yang demikian.

Sungguh apapun ini hanya secuil bagian dari ikhtiar. Diiringi doa, selanjutnya serahkan pada Allah mengharapkan segala pertolongan dari adanya fitnah di akhir zaman.

Nurliani






Diberdayakan oleh Blogger.