Header Ads

Istana Kepresidenan Saling Lempar Bola soal Boyongan Keluarga Jokowi ke Turki dan Jerman







Kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Turki dan Jerman dengan memboyong keluarganya memunculkan kritikan dari banyak pihak. Anehnya, saat meminta penjelasan kepada pihak Istana Kepresidenan, mereka terkesan lempar bola.

Teten Masduki dan Johan Budi yang selama ini menjadi garda terdepan saat isu miring menyerang Presiden Jokowi, justru enggan berkomentar. Keduanya tak bicara dan melemparnya ke pihak lain.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki tidak mau angkat bicara karena beralasan tidak ikut dalam rombongan yang berangkat.

"Katanya akan direspons oleh tim yang dampingi di sana," ucap Teten.

Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi juga beralasan serupa. Kemudian meminta wartawan bertanya kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

"Aku enggak ikut ke Jerman, tanya Pak Pratikno (Menteri Sekretaris Negara) saja," kata Johan.

Presiden Jokowi ke Turki dan Jerman tak hanya didampingi Ibu Negara Iriana, Jokowi juga membawa ketiga anaknya, yakni Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep, menantu dan cucunya yang baru berusia empat bulan.





Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai Jokowi tidak memberikan contoh yang baik kepada rakyat. Padahal, selama ini rakyat diminta mengencangkan ikat pinggang dengan pencabutan subsidi bahan bakar minyak hingga listrik.

"Masyarakat semakin sulit, biaya hidup makin tinggi, cuma ikat pinggang enggak berlaku bagi pejabat negara. Jadi hanya berlaku bagi rakyat kecil," ucap dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Begitu pula dengan Deputi Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Apung Widadi. Menurutnya,  kelakuan Jokowi mengajak keluarganya atas biaya negara merupakan pemborosan anggaran negara.

"Itu pemborosan keuangan negara. Ini bertolak belakang dengan citra Jokowi yang sederhana kemarin. Pencitraan Jokowi tepatnya," kata Apung , Jumat, (7/7). Demikian seperti dikutip dari Kompas.






Diberdayakan oleh Blogger.