Header Ads

Elly Risman dan Gejala Krisis Hormat kepada Yang Tua di Negeri Kita







Saya yakin Anda pun waktu kecil pernah diajarkan “salim” kepada orang yang lebih tua. Tangan mungil kita mengulur untuk bersalaman, lalu tangan yang kita jabat ditarik ke arah muka untuk dicium. Begitulah salah satu perilaku sopan santun yang ditanam sejak kecil untuk menghormati mereka yang berusia di atas kita.

Hingga kini anak-anak kecil di negeri ini masih diajarkan sikap tersebut. Masih teringat momen yang tidak lama kemarin, ketika tangan saya dicium oleh keponakan dan sanak family yang lebih muda saat silaturahim lebaran Idul Fitri. Tak lupa lembaran uang kertas saya pun ditarik mereka sebagai THR. Yah itu udah tradisi lah, salim berhadiah uang saku. Saya juga menikmatinya waktu kecil.

Esensinya adalah menghormati yang lebih tua. Di daerah Jawa, anak muda diajarkan berbungkuk saat berjalan di muka orang yang sepuh. Sepatah kata pun diucapkan, “Permisi…”. Di daerah Minang, dikenal pembagian gaya bahasa: menurun, mendatar, mendaki, melereng. Kata menurun untuk berbicara kepada yang muda, mendatar untuk yang sepantar, mendaki kepada yang lebih tua, dan melereng adalah kata-kata diplomatis. Di beberapa daerah dikenal bahasa halus dan kasar. Ada Bahasa Jawa halus ada Jawa kasar. Sunda halus, sunda kasar.

Pastikan anak Anda diajarkan itu semua. Dan contohkan juga oleh Anda. Sekali pun berbahasa Indonesia pasaran, tetap tak boleh menggunakan “lu gua” kepada senior. Jangan panggil nama, tapi panggil Kak. Atur nada suara, jangan meninggi. Dll.

Karena sopan santun kepada yang lebih tua pun kiranya juga bagian dari krisis yang melanda Indonesia. Terlihat dari peristiwa protesnya ibu Elly Risman akan rencana pemerintah mendatangkan artis Korea Selatan ke Indonesia. Tak disangka, penggemar budaya Korea yang masih muda-muda itu merespon dengan sikap yang jauh dari pantas di media sosial.

Sebenarnya di Korea Selatan pun sopan santun kepada yang lebih tua itu ada. Saya jarang menonton film, apalagi film Korea. Tapi film komedi romantis berjudul My Sassy Girl yang dirilis tahun 2001 pernah juga saya tonton saat mahasiswa dulu. Ada adegan yang mengesankan, saat si pemeran utama (saya lupa yang pria atau wanita) menawarkan diri membawakan keranjang seorang nenek tua di stasiun kereta.





Mungkin saya salah, sepengetahuan saya drama Korea tidak seperti kartun Jepang yang melampirkan banyak petuah. Dalam satu episode film Naruto, petuah yang disisipkan dalam dialog begitu bertebaran. Mungkin berantemnya semenit, dialog dan nasehatnya bisa sepuluh menit (ya gak gitu juga sih). Beda dengan drama Korea yang dialognya fokus pada cerita percintaan.

Tapi harusnya tetap dapat diserap bagaimana sopan santun yang ditunjukkan dalam drama Korea. Saya yakin tetap ada pelajaran yang bisa diambil. Toh Korea dan Indonesia sama-sama negeri timur yang kaya akan ajaran kebaikan. Entah lah, saya bukan penggemar film-film itu. Saya hanya menduga-duga.

Perilaku bullying anak-anak muda penggemar Korea kepada bu Elly Risman benar-benar menyesakkan dada. Seolah tak bersisa ajaran “salim” oleh orang tua mereka. Fanatik buta telah menghilangkan akal dan mematikan rasa hormat.

Kalau pun ada informasi yang salah dalam tulisan bu Elly Risman, toh kadang-kadang kita mendengar nasehat dari orang tua yang kita rasa tak sejalan. Tapi bukan dengan membantah kita bersikap. Dengan diam dan membiarkan mereka menyampaikan nasehatnya.

Anda sebagai orang tua, adalah harus untuk cemas melihat gejala bullying ini. Karena kelancangan anak-anak ABG itu bukan hanya pada bu Elly Risman, tapi kelak akan merugikan Anda juga.

Bersamaan dengan fenomena bullying, empat hari lalu beredar pula berita seorang guru yang divonis tiga bulan penjara dengan masa percobaan tujuh bulan oleh Pengadilan Negeri Parepare karena sang guru pernah mengibaskan mukena kepada muridnya. Saya pun teringat dengan peristiwa pengeroyokan guru oleh orang tua murid beberapa waktu lalu. Juga beberapa kasus kriminalisasi guru lainnya.

Ah… Bulu kuduk saya merinding. Salim rupanya hanya formalitas. Ruhnya telah tercerabut di hati sebagian warga negeri ini. Indikasinya sangat jelas belakangan.

Zico Alviandri






Diberdayakan oleh Blogger.