Header Ads

Langit Mendadak Mendung dan Lafadz Allah Muncul Saat Ust.Arifin Ilham Memimpin Zikir










Matahari memanggang Jakarta saat puluhan ribu umat Islam menghelat Aksi Bela Muslim Rohingya, Rabu (6/9). Jam di handphone saya menunjukkan pukul 14.00 Wib. Massa semakin banyak berdatangan. Terik Sang Surya kian memanas. Sesekali saya menyeka peluh yang menetes. Lakon serupa juga dilakukan peserta aksi di kiri, kanan, depan dan belakang saya. 

Seorang orator di atas mobil komando terus memberikan semangat. Tak lupa dia menyampaikan tuntutan kepada pemerintah Indonesia untuk bersikap tegas.

“Kami menuntut Presiden Joko Widodo bersikap tegas terhadap pembantaian muslim Rohingya di Myanmar,” ujarnya berapi-api yang disambut pekik takbir oleh peserta aksi.

Terik mentari masih setia membakar ubun-ubun kepala kami. Memahami kondisi yang terjadi, orator lain memberikan semangat kepada kami.

“Panas yang kita rasakan siang ini tidak sebanding dengan penderitaan saudara-saudara kita di Rohingya,” teriaknya. Lagi-lagi kumandang takbir menggema, menjawab kalimat Sang Orator.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar.”

Tak lama berselang muncul mobil bak terbuka yang membawa Ustadz Arifin Ilham, KH Abdul Rosyid dan lainnya. Mereka kemudian didapuk naik ke atas mobil komando untuk menyampaikan orasi. Perlahan ulama-ulama yang kita cintai itu menaiki kendaraan bak terbuka yang dilengkapi sound system dan spanduk besar bertuliskan “Stop Hubungan Diplomatik dengan Myanmar” dan “Usir Dubes Myanmar”.

Pemandu aksi berbicara. Dia mempersilakan Ustadz Arifin Ilham memimpin zikir. Suara khas pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat itu mulai terdengar menyapa. Serak-serak basah. Berkharisma. Suasana hening.

Sekitar 30 an meter saya berdiri di depan mobil komando. Dan Allah menakdirkan saya menjadi saksi kebesaranNya. Mendadak langit mendung. Udara sejuk. Awan seperti berarak beriringan memayungi kami.

“Mi, lihat dan rasakan. Tiba-tiba panas hilang,” bisik saya kepada istri yang ada di samping kanan.






Ustadz Arifin Ilham lalu memulai zikirnya diikuti peserta aksi. Lantunan ayat-ayat Allah menyesaki sekitar Kedutaan Besar Myanmar yang diblokade pasukan polisi dengan kawat berduri dan kendaraan taktis. Kesejukan semakin terasa. Semuanya menundukkan hati dan kepala. Khusyu’ mengikuti zikir. Hingga kemudian doa menggetarkan terucap dari lisan Ust. Arifin Ilham.

“Ya Allah, maafkan kami yang tak berdaya membantu saudara-saudara kami yang tertindas di Rohingya.”

“Ya Allah, hancurkan mereka yang telah menghancurkan saudara-saudara kami di Rohingya.”

Air mata tak kuasa saya bendung. Doa seorang ulama kharismatis yang tawadhu, mampu menembus dinding-dinding keangkuhan dan keegoisan diri ini.

Saya teringat dengan Aksi 212 di Silang Monas, Jakarta. Sesaat sebelum sholat Jum’at dimulai, Ust. Arifin Ilham memimpin doa. Terselip munajat agar Allah menurunkan hujan untuk jutaan umat agar bias berwudhu. Dan Allah kabulkan doa tersebut dengan guyuran hujan sepanjang pelaksanaan sholat Jum’at.

“Minta hujan, Allah turunkan hujan,” begitu kesaksian almarhum KH Hasyim Muzadi yang menyebut peristiwa 212 sebagai Badar.

Ternyata, tak hanya langit yang mendadak mendung. Terlihat pula gumpalan awan yang membentuk mirip lafadz Allah saat zikir dilakukan. Saya mendapatkan foto tersebut dari sumber yang sangat bisa dipercaya. 

Matahari tak lagi memanggang Jakarta. Massa aksi perlahan membubarkan diri, membawa kenangan masing-masing yang bisa jadi sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Wallahua’lam bishshowab

Erwyn Kurniawan
Pemimpin Redaksi Wajada






Diberdayakan oleh Blogger.