Header Ads

Penghadangan Anies, Kisah Tragis yang Berujung Manis




Nama Mario Simic tenggelam usai membawa Persija Jakarta juara Piala Presiden. Mencetak dua gol indah, meraih gelar top scorer dan pemain terbaik turnamen itu tak kuasa membuat dirinya bersaing dengan Anies Baswedan.

Nama Gubernur DKI Jakarta itu tiba-tiba membetot publik akibat seorang penonton merekam kisah tragis Anies di tribun VVIP.
Dalam rekaman tersebut, seorang Paspampres tampak mendekati Anies. Padahal, saat itu Anies sudah berdiri hendak mengikuti Presiden Jokowi dan tamu VVIP ke podium untuk menyerahkan piala kepada Persija Jakarta yang keluar sebagai juara.

Anies dilarang paspampres tersebut. Beberapa saat terlihat paspampres tersebut berbicara kepada Anies. Setelah itu, Anies berjalan kembali ke kursinya. Sedangkan Presiden Jokowi dan rombongan telah turun.

Video tersebut viral di media sosial. Apalagi sebelumnya, Ketua Panitia Pengarah Piala Presiden Maruarar Sirait tak menyebut nama Anies saat memberikan sambutan. Anies sontak moncer. Jadi trending. Publik memberikan pembelaaan dan dukungan kepada Anies dan disaat yang sama menghujat semua pihak yang dianggap terlibat dalam insiden penghadangan tersebut.

Istana membantah ada instruksi khusus soal ini.

"Tindakan tersebut merupakan pengamanan karena Paspampres berpegang pada daftar nama pendamping presiden yang disiapkan panitia. Paspampres hanya mempersilakan nama-nama yang disebutkan oleh pembawa acara untuk turut mendampingi Presiden Joko Widodo,” ucap Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin dalam keterangan tertulisnya.

PDIP juga memberikan klarifikasi. Maklum, Maruarar adalah kader partai Moncong Putih tersebut.

"Ke depan Paspampres lebih bijak dalam melihat apa pun. Pak Anies kan Pak Gubernur dan yang juara Persija," ujar Hasto di Gedung KPU RI, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Ahad (18/2/2018)





PDIP dan Istana terlihat cukup panik karena Anies tiba-tiba jadi sosok yang dizalimi. Ini berbahaya karena bisa mengulang kisah Taufik Kiemas pada 2004 yang menyebut Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "jenderal kok kayak anak kecil." Usai pernyataan itu, nama SBY makin meroket dan akhirnya bisa mengalahkan Megawati, istri Taufik Kiemas dalam pilpres 2004.

Apalagi, Anies dianggap sebagai sosok yang bisa jadi kuda hitam dan penantang kuat Jokowi. Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, peluang itu ada jika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tak maju jadi calon presiden.

“Jika nama Prabowo tidak masuk, Anies Baswedan bisa jadi kuda hitam, melawan Jokowi dalam pilpres mendatang,” ujar Qodari di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2018.

Qodari beralasan, jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta mendongkrak elektabilitasnya dalam pencalonan presiden. “Anies, karena dia di Ibu Kota maka banyak media nasional yang juga memberitakan dia, selain itu kebijakan DP Rp 0 juga menjadi pendongkrak dukungannya,” tutur dia.

Pertanyaannya, apakah kejadian di Gelora Bung Karno tidak direncanakan?

"Dalam politik tidak ada kejadian yang tidak direncanakan atau insidentil. Meskipun itu terjadi, maka yakinlah, itupun direncanakan agar terlihat seolah insidentil," kata mantan Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt.

Melihat nama Anies yang terus jadi buah bibir, aksi Paspampres tentu saja sebuah blunder besar. Sampai-sampai, akun facebook Presiden Jokowi yang memposting kemenanhan Persija pun dipadati komentar "Hidup Anies-Sandi."

Sungguh, sebuah kisah tragis yang berujung manis buat Anies.


Erwyn Kurniawan
Diberdayakan oleh Blogger.