Header Ads

Sudah Memilh Maruf Amin, Tapi Jokowi Tidak Didukung Ijtimak Ulama II. Mengapa?



Bagaimana menjawab pertanyaan headline Rakyat Merdeka hari ini?

Bukankah Jokowi sudah memilih Ma'ruf Amin, seorang ulama sebagai cawapresnya. Tapi mengapa ratusan ulama yang berijtimak kedua dibawah komando Habib Rizieq Shihab justru mendukung Prabowo-Sandiaga?

Ulama yang berijtimak itu bukan orang-orang bodoh. Mereka cerdas-cerdas secara intelektual. Secara spiritual, mereka juga punya bashirah, mata batin yang tak dimiliki orang-orang biasa.

Mereka pasti melihat Maruf Amin dipilih hanya untuk menghapus citra buruk Jokowi terhadap umat Islam. Maruf Amin hanya vote getter. Pendorong mobil mogok.

Lagipula, wapres secara konsitusi tak memiliki wewenang. Hanya ban serep. Kecuali Sang Presiden mau berbagi peran.

Dalam bahasa saya, Jokowi hanya meminjam wajah Maruf Amin karena terjebak permainannnya sendiri yang menjadikan umat Islam sebagai "musuh" selama 4 tahun berkuasa.

Saya berburuk sangka?

Ya tidak donk. Data dan faktanya memang demikian. Ingat bagaimana ulama-ulama ditembaki gas air mata dan berhadapan dengan popor senjata saat aksi di depan Istana Negara, 4 November 2016?

Ingat bagaimana ulama dikejar-kejar orang gila, dianiaya hingga meninggal dunia?

Ingat bagaimana ulama dinista lalu dipenjara?

Belum lagi permainan opini menggunakan terminologi kebhinekaan, NKRI, SARA, anti Pancasila, dan khilafah, untuk meredam ghirah umat dan ulama memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Jokowi dan timnya memang pintar. Mereka paham bahwa banyak di antara kita sangat pendek ingatannya.

Tapi, alhamdulillah, ulama jauh lebih cerdas. Dan publik pun juga demikian.

Sehingga tak heran jika muncul pertanyaan: Jokowi sudah memilih ulama, tapi kenapa ulama pilih Prabowo?

Erwyn Kurniawan
Diberdayakan oleh Blogger.