Header Ads

Sungguh Enak jadi Ahok







Sungguh enak menjadi seorang Basuki Tjahaja Purnama. Gubernur DKI Jakarta  yang akrab disapa dengan Ahok itu mempunyai satu hal sangat penting yang tak dimiliki pejabat lainnya. Apa itu?

Tak sulit untuk menjawabnya. Cukup anda melihat berita seputar Ahok di berbagai media semacam detik, kompas, metro dan lainnya. Sebuah benang merah dengan mudahnya akan anda dapatkan yakni di anak emaskannya Ahok oleh media dan penegak hukum.

Media sangat permisif kepada mantan politisi Partai Golkar itu. Apapun yang diucapkan dan dilakukan Ahok selalu benar dan kalaupun secara kasat mata jelas salah, maka berbagai cara dilakukan untuk menjustifikasi lisan dan aksi Ahok. Dan kian hari, kelakuan media semakin memprihatinkan karena kian vulgarnya pembelaan mereka kepada Ahok.

Hampir setiap hari Ahok mencaci maki. Salah satu hobinya adalah menyalahkan anak buah dan pihak lain. Tak mau introspeksi dan anti kritik. Contohnya tercermin dalam kasus penemuan BPK terhadap potensi kerugian negara hampir Rp 7 Triliun di APBD Pemprov DKI Jakarta. BPK kemudian memberikan rapor merah terhadap laporan keuangan Pemprov DKI Jakarta.

Apa reaksi Ahok? Dia marah besar. BPK dijadikan sasaran amukan verbalnya dengan menuduh BPK tak bersih dan sebagainya. Lalu media pun memberitakan ini dengan memframing bahwa pihak Ahok yang benar dan BPK yang salah.

Pertanyaannya, bagaimana jika itu dilakukan oleh gubernur, walikota atau bupati selain Ahok? Apakah media akan bersikap dan memperlakukan serupa?

Ahok tak cuma dimanjakan media. Ia juga mendapat perlakuan istimewa dari penegak hukum di negeri ini. Temuan BPK itu sudah menjadi bukti kuat dan menjadi pintu masuk untuk memeriksa Ahok. Tapi apa mau dikata, trio penegak hukum kita(KPK, Polri dan Kejaksaan) seolah mati kutu. Tak ada satu pun yang berani memeriksa Ahok. Belum lagi kasus RS Sumber Waras dan reklamasi pantai utara Jakarta yang terang-benderang korup.




Sampai-sampai pakar hukum Prof Romli Atmasasmita geram. Dalam akun twitternya @romliatma, ia menuliskan kekecewaannya.

@romliatma: kpk, kejagung, bareskrim hrs sgr sidik kerugian negara dg nilai 7 triliun dlm APBD pemda DKI, jika tidak; jelas diskriminatif!

Cerita enaknya menjadi Ahok tak hanya itu. Yang paling fenomenal tentu saja kasus penistaan agama yang dilakukannya di Kepulauan Seribu. Awalnya tak digubris polisi, namun setelah umat Islam bergerak dengan aksi bela Islam, reaksi baru dilakukan penegak hukum.

Ahok jadi tersangka. Dan kini bahkan sudah berstatus terdakwa. Sidangnya sudah memasuki episode ke-13. Tapi ia masih belum juga mendekam di hotel prodeo. Padahal dalam kasus serupa, mereka yang tersangka pun sudah masuk bui.

Lebih aneh lagi adalah ia tetap menjabat sebagai gubernur walau dirinya jelas-jelas terdakwa. Penegak hukum hingga pemerintah melindunginya sedemikian rupa sehingga Ahok masih terus bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Jika saja ada survey siapa pejabat paling enak di negeri ini, maka saya yakin jawabannya adalah Ahok Sang Penista Agama.

Erwyn Kurniawan







Diberdayakan oleh Blogger.