Header Ads

Dua Pekan Setelah Pertemuan Presiden dan GNPF-MUI: Ulama masih Dipenjara, Ndeso, Rohis Diawasi, Hermansyah Dibacok...







Terasa cepat waktu berlalu. Rasanya baru kemarin Presiden Jokowi bertemu dengan tokoh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-MUI yang dipimpin langsung ketuanya Bachtiar Nasir, Ahad, (25/6). Lalu, dua pekan setelah perjumpaan yang menghebohkan itu, apa hasilnya?

Saya masih ingat, silaturahim yang terjadi tepat di Hari Raya Idul Fitri itu dimaksudkan untuk membangun komunikasi yang selama ini terasa ada hambatan antara Jokowi dan GNPF-MUI.

Dalam rilisnya, disebutkan Bachtiar Nasir menyampaikan soal ini. Pada satu sisi Pemerintah berpendapat tidak melakukan kebijakan yang bersifat menyudutkan umat Islam, tapi di pihak lain GNPF-MUI menangkap perasaan umat Islam yang merasa dibenturkan dengan Pancasila, dengan NKRI, dan dengan Kebhinekaan.

Hal ini, kata pimpinan GNPF-MUI tidak menguntungkan bagi Pemerintah dalam menjalankan program-programnya dan bagi ulama dan umat dalam menjalankan dakwahnya. Karena itu, GNPF-MUI mengharapkan dari pertemuan ini dapat dibangun saling pengertian yang lebih baik di masa depan.

Tapi pertemuan tersebut sepertinya tak pernah terjadi jika melihat rentetan kejadian setelahnya. Masih ingat dengan Muhammad Al-Khattath? Ulama yang lantang melawan kezaliman terhadap umat Islam itu masih dipenjara dengan tuduhan makar yang mengada-ada. Lalu ada Alfian Tanjung yang bernasib serupa hanya karena berbicara soal PKI.

Kemudian ada kehebohan tentang ucapan Ndeso dari putra bungsu Jokowi, Kaesang. Kata tersebut ditujukan secara nyinyir kepada umat Islam yang terlibat dalam aksi bela Islam dan ulama.

Juga ada pernyataan bersayap dari Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin soal arahannya untuk mengawasi kegiatan rohis di sekolah. Publik mempertanyakannya, lalu Lukman memberikan klarifikasi seperti biasanya





"Yang saya sampaikan adalah bagaimana kepala sekolah bisa memberi perhatian lebih kepada rohis. Hal ini dilakukan agar rohis bisa dilindungi dari pengaruh pengaruh negatif. Saya tidak meminta diawasi yang di dalamnya ada pengertian mencurigai," ujar Lukman Sabtu (9/7).

Dan yang paling mengejutkan adalah berita pembacokan Hermansyah pada Ahad, (9/7) dinihari. Dia  adalah Ahli informasi dan teknologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyer Club TV One. Ketika itu ia menyatakan chat Rizieq Shihab dan Firza Husein hasil rekayasa.

Pria berusia 46 tahun itu dilaporkan dibacok di Jalan Tol Jagorawi KM6, ruas Taman Mini Indonesia Indoah dengan Jalan Tol Lingkar Luar (Jakarta Outer Ring Road- JORR), Jakarta Timur. Warganet kemudian mengaitkannya dengan pernyataan berani Hermansyah soal kasus Habib Rizieq.

Idealnya, usai perjumpaan Jokowi dengan GNPF-MUI, tak ada lagi upaya memojokkan dan menyerang ulama serta umat Islam. Dalam bayangan kita sebagai umat Islam, apa susahnya sih Jokowi memerintahkan polisi membebaskan para ulama dan sebagainya?

Namun harapan itu sepertinya belum terwujud. Bisa jadi dua pekan waktu yang sangat singkat bagi seorang presiden yang memiliki kesibukan luar biasa. Apalagi saat ini Jokowi masih berada atau baru pulang dari lawatannya ke Turki dan Jerman dengan memboyong seluruh anak, menantu dan cucunya.

Atau bisa juga benar apa yang dikatakan Habib Rizieq dalam rekamannya saat menanggapi musibah yang dialami Hermansyah. Kurang lebih ulama kharismatis itu berucap:

"Tidak semua pihak senang dengan komunikasi dan upaya rekonsiliasi yang sedang kita lakukan."

SaveUlama
Save Hermansyah
Save NKRI


Erwyn Kurniawan
Pemimpin Redaksi Wajada






Diberdayakan oleh Blogger.