Header Ads

Trump Jadikan Jerusalem Ibu Kota Israel, Hamas Siap Perang


Rencana Presiden AS Donald Trump menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota Israel mendapat ancaman dari Hamas. Organisasi perjuangan Palestina itu menyatakan siap berperang melalui gerakan Intifada  jika Trump mengumumkannya.







"Kami memperingatkan jangan main-main soal status Jerusalem, atau kami akan membangkitkan rakyat Palestina untuk intifada," tulis Hamas dalam pernyataannya, dilansir dari laman AFP, Ahad (3/12) sebagaimana dikutip dari Merdeka.


Nada kecaman juga datang dari Penasihat Presiden Palestina, Mahmud Habash.Jika Trump tetap nekat ingin mengakui Kota Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, maka akan merusak perundingan damai yang telah dibangun selama ini.

"Dunia akan membayar harganya jika status Jerusalem berubah," tegas Habash.

Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmad Abul Ghait  juga mengecam keras. Dia memperingatkan Trump akan terjadinya pertumpahan darah yang  tak bakal bisa dihindarkan.

"Kalau nekat melakukan hal itu, maka sama saja tidak mendamaikan, tetapi memicu ekstremisme dan kekerasan. Rencana itu cuma menguntungkan Israel, dan membahayakan perdamaian," ujar Abul Ghait.

Israel hingga saat ini berjuang keras mengklaim Jerusalem sebagai ibu kota, dan bukan Tel Aviv.
Sedangkan Palestina juga berharap Jerusalem bakal menjadi ibu kota mereka jika sudah menjadi negara merdeka.








Sejak 1995, Kongres Amerika Serikat mengesahkan peraturan untuk memindahkan kedutaan besar AS di Tel Aviv ke Jerusalem. Namun, recana tersebut selalu tertunda. Setiap pergantian presiden AS mereka selalu menangguhkan pemindahan itu selama enam bulan dan terus diperpanjang.


Trump sudah sekali menandatangani perjanjian itu dan  berjanji kepada pendukungnya yang merupakan kalangan Yahudi-Amerika untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Tenggat buat persoalan itu adalah Senin pekan depansebelum Wakil Presiden Mike Pence melawat ke Jerusalem.





Diberdayakan oleh Blogger.