Header Ads

Ijtima' Ulama dan Upaya Mendelegitimasinya



Usai Ijtima' Ulama mengabarkan keputusan bahwa Prabowo Subianto sebagai capres dan Habib Salim Segaf Aljufri-Ustadz Abdul Somad sebagai cawapres, segera saja berhamburan upaya mendelegitimasinya.

Ulama yang mana? Apakah mereka representasi ulama di Indonesia? Mereka, para ulama itu tak seharusnya masuk ranah kekuasaan. Dan seterusnya.

Wasekjen PPP Achmad Baidowi misalnya, yang mengingatkan Ijtima' Ulama itu belum mewakili seluruh ulama.

"Ya kita hargai rekomendasi Ijtima' Ulama tersebut. Meski demikian ijtima' tersebut belum tentu mewakili seluruh unsur ulama, karena ulama dari organisasi mainstream tidak bergabung di dalamnya,"kata Baidowi kepada wartawan, Ahad (29/7/2018).

Demikian pula dengan Wakil Sekjen Partai Golkar M. Sarmuji. Dia pun mempertanyakan para ulama yang hadir di acara Ijtima' Ulama yang digelar di Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat itu. Dia menyebut acara itu hanya dihadiri para ulama pemilik pandangan sepaham.

"Setahu saya yang hadir kemarin hanya ulama yang memang punya pandangan yang sepaham saja. Orang yang pandangannya seragam tanpa ada ijitimak pun sudah pasti bersepakat," ujarnya.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut sudah tahunan atau bahkan puluhan tahun berdakwah di masyarakat.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut memiliki pesantren, sekolah, yayasan dengan jamaah yang tak sedikit.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut ada yang dari NU, Muhammadiyah, Persis, HTI dan sebagainya.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang paling lantang menuntut keadilan atas Ahok yang menista agama.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang paling awal menggerakkan Aksi Bela Islam, saat umat dan ulama lain masih membisu.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang terkena gas air mata, juga pukulan ketika Aksi Bela Islam 411 digelar di depan Istana Negara. Mereka berhadapan langsung dengan kendaraan taktis aparat, perihnya gas air mata, kawat berjeruji tinggi dan moncong senapan.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang menggerakkan umat untuk ikut dalam Aksi Bela Islam 212 yang menyejarah. Aksi yang oleh almarhum KH. Hasyim Muzadi bagai peristiwa Badar.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang berteriak lantang menolak Perppu Ormas.

Mereka lupa, para ulama yang berijtima' tersebut yang menjadi salah satu garda terdepan pemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta, dengan mengalahkan Ahok-Djarot yang didukung dana, media dan rezim.

Mereka lupa, ulama ini pula yang menjungkirbalikkan perkiraan hasil survei pilkada Jabar, Jateng dan Sumut.

Mereka, pihak-pihak yang beropini mengerdilkan forum Ijtima' Ulama memiliki ingatan yang sangat pendek. Mereka mudah lupa dan hilang ingatan terhadap sebuah peristiwa, meski baru saja terjadi.

Bisa jadi mereka pura-pura lupa dengan harapan umat tak mendukung ijtima' yang sudah dihasilkan.

Padahal, melihat rekam jejak para ulama yang berijtima',  ulama mana lagi yang pantas kita dukung selain salah satunya mereka?

#DukungIjtima'Ulama
#2019GantiPresiden

Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis

Diberdayakan oleh Blogger.