Header Ads

Kristenisasi Menguat, Wartawan Ini Mengundurkan Diri dan Membakar Koran Kompas








Isu Kristenisasi sudah lama terdengar di Kompas. Media yang didirikan Jakob Oetama dan P.K Ojong itu juga dianggap sebagai corong propaganda Kristen dan beritanya kerap menyudutkan Islam. Apa dan bagaimana sebenarnya kisah Kristenisasi yang ada didalam Kompas?

Mari kita simak penuturan Wartawan Senior yang kini menjadi Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Edy A Effendi. Pria yang aktif di media sosial ini mengisahkan tentang rekannya, Sudirman Tebba yang mengundurkan diri karena kuatnya aroma Kristenisasi di Kompas. Juga ada cerita wartawan lainnya yang memiliki kemiripan jalan hidup dengan Sudirman Tebba.

Effendi sendiri mantan wartawan Media Grup milik Surya Paloh. Dia melawan Kristenisasi yang ada didalam Media Grup sehingga membuatnya keluar. Berikut kisah lengkap Sudirman Tebba dan kawan-kawan yang ditulis dalam akun facebook Effendi.


Sudirman Tebba, alumnus IAIN Jakarta tahun 1984 (sekarang UIN), salah satu sosok yang pernah bekerja di Kompas, 1983 - 1990, yang cukup punya greget.

Sebelum bekerja sebagai wartawan Kompas, dia sudah menulis opini di Kompas. Ini jadi poin tersendiri. Dan ketika jadi wartawan Kompas pun, dia sering menulis di rubrik opini. Ini yang jarang dilakukan beberapa kawan yang bekerja di satu institusi media.

Saya mendengar ribut-ribut ketika dia keluar dari Kompas. Lagi-lagi persoalan lama, soal aura kristenisasi. Menurut Tebba, ketika dia keluar, dia bakar seluruh koran-koran Kompas yang ada di rumah (ehemm tentu artikel-artikel yang pernah dimuat di Kompas, gak dibakar).





Soal kristenisasi juga saya dengar dari Tjahja Gunawan, yang mengundurkan diri sejak April 2016 dari Kompas setelah 25 tahun dia bekerja di Kompas. Dia pun bercerita bagaimana kristenisasi begitu amat kentara. Saya bilang ke Tjahja, kalau tahu kristenisasi begitu amat kentara, kenapa bertahan cukup lama, 25 tahun! Cukuplah sampai lima tahun atau tujuh tahun. Setelah keluar dari Kompas, Tjahja bikin restoran di daerah Bintaro

Sebelum Tjahja, Imam Prihandoyo, pun undur diri dari Kompas sejak 23 Desember 2016. Dia pun cukup lama bekerja di Kompas. Ketika liputa bareng di daerah Jawa Timur, dia pun bertutur soal kristenisasi ini.

Secara kualitas, dari beberapa tulisannya, Imam dan Tjahja, susah melewati kemampuan menulis Tebba.

Yang tidak ada pada Tjahja dan Imam, bicara soal kristenisasi ketika sudah keluar dari Kompas. Tak seperti Tebba, dia melakukan perlawanan ketika masih bekerja di Kompas. Saya tak respek pada orang-orang yang bicara soal kristenisasi Kompas ketika sudah keluar. Saya melawan kristenisasi Media Grup ketika ada di dalam institusi tersebut. Teman-teman Facebook saya, yang pernah bekerja di Media Grup bisa jadi saksi.

Terima kasih buat Sudirman Tebba atas komitmennya. Keluar dari Kompas bukan persoalan gaji tapi soal sikap kebijakan redaksi yang amat diskriminatif. Layak dicontoh.








Diberdayakan oleh Blogger.