Header Ads

Hari Ini adalah Hari-Hari Rohingya







Kemarin kita telah melewati hari-hari yang cemas. Menyelaraskan kecemasan saudara muslim kita di Palestina, yang berjuang agar bisa leluasa beribadah di Masjid Al-Aqsho.

Hari ini kecemasan berpindah. Muslim suku Rohingya di provinsi Rakhine, Myanmar, diintimidasi dan diusir oleh junta militer yang tak berprikemanusiaan. Maka kembali kita menyelaraskan rasa sedih bersama mereka.

Bila benar kita ikut merasa tertekan, maka tangan akan bergerak reflek menengadah beristighotsah kepada Allah, merangkai kalimat isti’anah, mendoakan agar Allah menyelamatkan kaum yang tertindas di Burma. Allahummanshur ikhwanana fii Myanmar….

Hari ini adalah hari-hari Rohingya. Kita berduka. Dan kalau benar rasa itu telah selaras, maka ringan bagi kaki kita melangkah di aspal yang panas, berkumpul bersama massa yang punya kepedulian yang sama, meronta berteriak meminta dihentikan kezaliman di sana. Agar didengar dunia, dikabarkan oleh jurnalis yang masih punya nurani, atau menjadi cerita yang dibagikan oleh seleb-seleb medsos yang manusiawi kepada followernya.





Hari ini adalah hari-hari kita merasa pedih sebagaimana yang dirasakan muslim Rohingya. Maka datangilah lembah-lembah tempat suara menggema. Dan memekiklah menuntut kebiadan berakhir kepada dunia. Di media sosial, di aspal yang panas, atau di waktu-waktu mustajab.

Hari ini adalah hari-hari Rohingya. Kita selaraskan rasa bersama mereka. Semoga segera berakhir penderitaan itu. Lalu sehabis ini, telah menunggu di sudut lain penjuru bumi, berupa kesedihan lain yang dirasakan oleh muslim tertindas. Begitulah, di zaman ini kita harus terbiasa menyelaraskan rasa sedih dari satu tempat ke tempat lain. Hingga muslim bisa bangkit dari keterpurukan.

Allahummanshur ikhwanana fii kulli makan.

Zico Alviandri






Diberdayakan oleh Blogger.