Header Ads

Penjelasan Ilmiah di Balik Awan Gelombang Tsunami di Kalimantan Barat

awan gelombang tsunami

Gumpalan awan berbentuk gelombang tsunami terlihat di langit Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Kamis (28/1/2021) sore. Foto fenomena alam langka itu pun viral.

Dalam foto yang beredar, tampak awan menggumpal membentuk ombak raksasa laksana tsunami. Menyajikan pemandangan menakjubkan sekaligus ngeri.

Fenomena alam seperti ini ternyata bukan kali pertama terjadi. Pada 10 Agustus 2020 lalu, awan berbentuk gelombang tsunami juga terlihat di Meulaboh, Aceh Barat. Foto dan videonya langsung viral di media sosial.

Pernah juga terjadi di langit kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1 Januari 2019. Awan gelombang tsunami terlihat di atas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Awan tersebut muncul selama 15 menit sebelum akhirnya terurai dan hilang.

Kepala Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Nanang Buchori, mengatakan secara ilmiah dalam dunia meteorologi, fenomena tersebut disebut awan Arcus. Awan Arcus terbentuk akibat cuaca dingin setelah terjadinya hujan.

Kepala Sub Bidang Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Agie Wulanda Putra, bentuk awan macam tsunami adalah fenomena yang lazim terjadi. Awan itu terbentuk dari kombinasi beberapa jenis awan, yakni awan cumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi.

“Awan tsunami merupakan dua fenomena kombinasi antara cumulonimbus dan roll cloud atau jenis awan lain yang terlihat seperti gelombang,” terangnya.

Kombinasi dua awan ini sangat jarang terjadi. Penyebab munculnya awan roll cloud sendiri akibat perbedaan suhu dan kelembaban yang cukup signifikan di dekat permukaan. 

Awan roll cloud memang relatif unik dan jarang terjadi. Meski dalam konteks cumulonimbus, awan ini bisa terbentuk di manapun, tergantung pada kondisi di wilayah tersebut. Karakteristik daerah yang berpotensi muncul awan cumulonimbus biasanya karena ada interaksi antara pesisir dan pegunungan.

Wilayah yang dekat pesisir dan tak jauh dari daerah pegunungan berpotensi memunculkan awan cumulonimbus yang lebih tinggi. Keberadaan awan cumulonimbus bisa juga dikaitkan dengan karakteristik topografi suatu daerah.

Baca juga: Ayat Kursi

Awan tsunami tidak akan memicu gempa atau tsunami asli, tapi memang berpotensi menimbulkan hujan lebat dan angin kencang. Awan ini sejatinya tidak berbahaya, kecuali bagi pesawat yang melewatinya. []

 

Diberdayakan oleh Blogger.